Semua  orang pasti pernah mendengar istilah penyakit angin duduk. Sebuah  penyakit yang konon disenyalir masyarakat sebagai penyakit yang bisa  membuat penderitanya meninggal secara mendadak hanya dalam waktu 15-30  menit. Padahal, si penderita ini terlihat sehat-sehat saja tanpa ada  tanda-tanda sakit sebelumnya. Benarkah demikian? Dan benarkah penderita  yang terserang penyakit ini dapat disembuhkan hanya dengan  menggosok-gosokkan balsam, dikerok atau meminum larutan jamu tolak angin  semata?Dokter  umum Rumah Sakit Pertamina Balikpapan (RSPB) Fajar Rudy Qimindra  mengatakan, istilah angin duduk digunakan oleh masyarakat untuk  menggambarkan gejala nyeri dada seperti rasa ditekan, keluar keringat  dingin, perut kembung dan ulu hati sakit seperti ditusuk-tusuk. “Dalam  dunia medis, istilah angin duduk ini mengarah pada penyakit jantung yang  disebut Sindroma Koroner Akut (SKA). Gejala awal dari penyakit ini  adalah nyeri dada khas yang disebut angina pektoris,” ujar pria yang  akrab disapa dr Qimi ini.
Angina  pektoris, jelas Qimi, adalah suatu kumpulan gejala berupa serangan  nyeri dada yang khas, antara lain seperti rasa ditekan atau terasa berat  di dada hingga tembus belakang, rasa diremas-remas yang menjalar ke  leher, lengan kiri dan kanan serta ulu hati, rasa terbakar dengan sesak  napas, keluar keringat dingin hingga adanya keluhan nyeri ulu hati dan  kembung yang sering disangka sakit maag.
Penyebab angina pektoris ini terjadi, akibat adanya suplai oksigen dalam darah yang tidak mencukupi ke sel-sel miokardium (otot jantung) dibandingkan kebutuhannya.
Lantas mengapa jantung yang berfungsi memompa darah masih membutuhkan darah? Menurut Qimi, hal ini disebabkan karena darah yang mengandung oksigen dibutuhkan untuk membuat energi sehingga jantung bisa memompa.
”Ibarat PLN yang menghasilkan energi listrik, ia butuh juga energi listrik juga untuk menggerakkan generatornya,” terangnya..
Sementara, lanjut Qimi, penyebab suplai darah yang kurang ke jantung terjadi karena adanya penyempitan pembuluh darah jantung (vasokonstriksi) yang disebut arteri koroner. Penyebab sumbatan ini antara lain:
1. Adanya timbunan-lemak (aterosklerosis) dalam pembuluh darah akibat konsumsi kolesterol tinggi.
2. Sumbatan (trombosis) oleh sel beku darah (trombus).
3. Vasokonstriksi atau penyempitan pembuluh darah akibat kejang yang terus menerus.
4. Infeksi pada pembuluh darah.
Penyebab angina pektoris ini terjadi, akibat adanya suplai oksigen dalam darah yang tidak mencukupi ke sel-sel miokardium (otot jantung) dibandingkan kebutuhannya.
Lantas mengapa jantung yang berfungsi memompa darah masih membutuhkan darah? Menurut Qimi, hal ini disebabkan karena darah yang mengandung oksigen dibutuhkan untuk membuat energi sehingga jantung bisa memompa.
”Ibarat PLN yang menghasilkan energi listrik, ia butuh juga energi listrik juga untuk menggerakkan generatornya,” terangnya..
Sementara, lanjut Qimi, penyebab suplai darah yang kurang ke jantung terjadi karena adanya penyempitan pembuluh darah jantung (vasokonstriksi) yang disebut arteri koroner. Penyebab sumbatan ini antara lain:
1. Adanya timbunan-lemak (aterosklerosis) dalam pembuluh darah akibat konsumsi kolesterol tinggi.
2. Sumbatan (trombosis) oleh sel beku darah (trombus).
3. Vasokonstriksi atau penyempitan pembuluh darah akibat kejang yang terus menerus.
4. Infeksi pada pembuluh darah.
”Nah,  dari sini dapat dilihat kenapa sindrom koroner akut (SKA) bisa ini  menyebabkan kematian jantung mendadak pada kebanyakan pasien dewasa,”  ungkapnya.
Untuk mencegah terjadinya SKA ini, dr Qimi menyarankan untuk melakukan beberapa hal berikut ini:
1. Pengendalian faktor risiko
Ada empat faktor risiko biologis yang tak dapat diubah, yaitu: usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga.Tetapi faktor-faktor risiko lain masih dapat diubah, sehingga berpotensi dapat memperlambat proses timbunan lemak (aterogenik) . Faktor-faktor yang dapat dikendalikan seperti peningkatan kadar lemak darah, hipertensi, merokok, kencing manis dan diet tinggi lemak jenuh.
2. Pencegahan sekunder
Penderita yang sudah tahu bahwa dirinya memiliki gangguan jantung sebaiknya membawa obat-obatan manapun ia pergi.
3. Pola hidup sehat
Antara lain, melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, melakukan pola makan yang sehat, olahraga/aktivitas fisik yang mencukupi dan lain-lain.
”Jadi  angin duduk bukan sekadar kemasukan angin yang berat, tetapi identik  dengan kejadian serangan jantung koroner dengan angka kematian yang  tinggi. Sehingga perlu penanganan cepat, cermat dan tepat, baik  diagnostik maupun pengobatannya. Pemberian balsam, kerokan pada tubuh  atau meminum jamu tolak angin, bukan cara yang benar untuk mengobati  penyakit ini,” tegasnya.
Untuk mencegah terjadinya SKA ini, dr Qimi menyarankan untuk melakukan beberapa hal berikut ini:
1. Pengendalian faktor risiko
Ada empat faktor risiko biologis yang tak dapat diubah, yaitu: usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga.Tetapi faktor-faktor risiko lain masih dapat diubah, sehingga berpotensi dapat memperlambat proses timbunan lemak (aterogenik) . Faktor-faktor yang dapat dikendalikan seperti peningkatan kadar lemak darah, hipertensi, merokok, kencing manis dan diet tinggi lemak jenuh.
2. Pencegahan sekunder
Penderita yang sudah tahu bahwa dirinya memiliki gangguan jantung sebaiknya membawa obat-obatan manapun ia pergi.
3. Pola hidup sehat
Antara lain, melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, melakukan pola makan yang sehat, olahraga/aktivitas fisik yang mencukupi dan lain-lain.
 Tanjungkarang Time
  Tanjungkarang Time
 

0 komentar:
Posting Komentar